Ingin tahu gambaran tentang kehidupan di Jerman? Mari kita mulai dengan melihat apa yang tampak dari luar, yakni media dan sosial medianya. Bagaimanakah media dan sosial media di Jerman?
Media di Jerman
Mari kita mulai dari media di Jerman. Ada beberapa hal unik dari media Jerman yang saya amati, apakah itu?
Ada iuran penyiaran
Di sini, setiap rumah tangga wajib membayar iuran televisi dan radio nasional.
Semacam iuran untuk TVRI dan RRI kalau kita di Indonesia.
Jumlahnya itu kalau gak salah 18, 36 euro per bulan.
Kewajiban ini juga berlaku untuk para pelajar dan mahasiswa yang studi di jerman.
Kalau kita tinggal bersama beberapa orang dalam satu rumah, yang membayar hanya 1 orang.
Tujuan iuran ini adalah agar masyarakat dapat memberikan kontribusi untuk independensi penyiaran.
Sehingga pendapatan utama televisi bukan dari iklan.
Media tidak mengejar rating dan traffic.
Mereka hanya bertanggungjawab untuk memberikan informasi yang akurat.
Media sangat dipercaya
Di Jerman, masyarakat sangat percaya dan mengandalkan keakuratan berita-berita dari media nasionalnya.
Kalau misalkan ada berita-berita hoax, media nasional dijadikan sebagai acuan atau standar utama informasi yang benar.
Kasus diberitakan secara proporsional
Ketika ada kasus, kasus itu tidak di blow-up oleh media seperti itu dibicarakan di setiap segmen, ya di program berita, ya di program entertainment, pagi siang malam ituuu saja.
Mungkin karena ada prinsip proportional dalam pemberitaan, atau karena mungkin masyarakatnya sendiri yang tidak kepo.
Jadi, tidak seperti misalnya ada kasus penipuan crazy rich, kasus ituuuuuu semua di media. Lalu pada satu titik lenyap tak berbekas.
Saya ingat di jaman saya remaja dulu ada Dunia Dalam Berita di TVRI.
Malamnya kita menonton berita selama 30 menit. Setelah itu selesai.
Besok orang sudah mulai dengan aktivitasnya lagi.
Kita tidak terobsesi dengan satu kasus yang diberitakan di televisi.
Prinsip Free judgement
Ketika terjadi kasus kriminal, misalnya pembunuhan, tidak disebutkan pelaku dan korbannya itu ras apa bangsa apa. Agama apa.
Hanya inisialnya saja.
Nama belakang, yakni family name juga tidak diungkapkan.
Gambar atau foto-foto korban diblur.
Bahkan wajah orang-orang yang kebetulan ada di jalan yang tidak ada hubungannya dengan berita juga akan di blur.
Privacy / Hak Pribadi
Hak-hak korban dan pelaku sangat dijunjung tinggi. Nama dan nama belakang yang berisi nama keluarga tidak akan diungkapkan, wajah baik korban maupun pelaku disamarkan. Kecuali ada persetujuan atau kesepakatan.
Prinsip “Keep emotion from the news”
Mungkin kita sudah tahu, bahwa para pembaca berita itu mukanya lurus-lurus saja, mau bawa berita perang, pembunuhan, atau apa pun mereka tidak memberikan ekspresi apa pun.
Tapi kalau di media Jerman, bukan hanya pembaca berita, para politisi yang diberitakan pun begitu.
Jadi pernah saya menonton debat politik. Semua orang berbicara dengan nada datar yang sama, masing-masing bicara hanya ketika dipersilahkan, tidak ada yang teriak-teriak, tidak ada yang interupsi, tidak ada yang gebrak-gebrak meja, apalagi siram-siram teh.
Privasi paara public figure di Jerman
Para public figure, baik politikus, maupun selebrities, kaum keluarganya dilindungi hak-haknya.
Jadi kalau mereka tidak ingin pasangan dan atau anak-anaknya di ekspose ke publik, media akan menjaga privacy mereka.
Kecuali kalau mereka sendiri yang mempublikasikannya.
Apa ini namanya? Etika jurnalistik?
Para Generasi Senior
Yang juga saya perhatikan adalah penyiar dan host di televisi umumnya para senior, sudah rambut putih dan keriput-keriput semua.
Waktu saya membuat riset untuk tesis saya tentang ageism di media massa di Amerika (Ageism dalam Iklan Anti-Aging, Sri Masiang, 2009), saya membaca bahwa di sana dikenal istilah the graying of America; Amerika yang menua.
Ini juga tercermin dari wajah-wajah di media massa mereka.
Itu saja saya kerjakan dalam tahun 2009.
Nah, sekarang sudah satu dekade berlalu.
Rupanya, tidak berbeda jauh dengan masyarakat Jerman.
Kebijakan Tentang Tayangan Kekerasan
Di sini kami punya serial favorit, namanya Tatort dan Soko Wismar.
Ini Cerita detektif.
Kadang malah ada kasus-kasus Serial Killer.
Walau ini cerita detektif, jangan harap ada adegan-adegan action, pembunuhan atau perkelahian ala film-film Hollywood.
Kekuatannya benar-benar terletak pada cerita dan proses pengungkapan kasus.
Pembacaan Cuaca
Setiap siaran berita selalu diakhiri dengan pembacaan cuaca.
Maklumlah.. di sini cuaca adalah topik yang sangat penting.
Bahkan ada ungkapan No News without weather !
Apakah Media di Jerman sesempurna itu?
Tenang…. Tidak juga. Ada juga program acara “orang dewasa” yang menuai kontroversi.
Hanya saja yang begini-begini ditayangkan tengah malam.
Dan disertai Peringatan untuk rating usia.
Sosial Media di Jerman
Bagaimana dengan perilaku masyarakat dan sosial media di Jerman?
- Menurutku sosmed Jerman itu sepi. Tidak seramai sosmed kita di Indonesia.
- Orang Jerman, setidaknya yang saya kenal, itu mereka tidak posting-posting segalanya di medsos. Kalau mereka mau berbagi foto baby, mereka hanya pasagn di status wa.
- Ketika kita misalnya hang out, makan bareng, nongkrong bareng, kadang gak ada yang moto.
- Kalau di Indonesia, kita lihat orang-orang di mana-mana hanya melihat ke handphone. Di Jerman, orang-orang masih saling mengobrol. Kalaupun ada yang pegang handphone atau memoto, itu cuma moto pemandangan.
- Jarang sekali orang yang foto bareng apalagi selfie. Kecuali para turis.
- Ada juga komentar-komentar kontroversial di grup-grup facebook. Misalnya tentang corona, atau pro kontra tentang para pengungsi. Tapi tidak sampai viral-viral.
- Mungkin karena pada umumnya orang-orang sibuk dengan urusan kerja masing-masing, sehingga medsos tidak bergaung.
Jadi begitulah,
kadang kupikir, orang-orang ini kesannya sangat kaku dan paranoid
tapi pada sisi lain,
saya akui mungkin ini yang membuat mereka termasuk bangsa yang maju dan produktif.
Atau karena mereka bangsa yang maju dan produktif, makanya perilaku mereka tercermin dalam media dan sosial media mereka.
Tapi bagaimana menurut Anda?